
Koesroyo, The Last Man Standing: Film Dokumenter penuh rasa dan makna tentang Perjalanan Hidup Koesroyo atau yang dikenal Yok Koeswoyo bersama Koesploes band legendaris.
Minggu, 11 Mei 2025 bertempat di FX Sudirman, tim Bukan Cuma Nonton (BCN) berkesempatan untuk menghadiri acara Pemutaran Film Dokumenter “Koesroyo : The Last Man Standing” karya sutradara Linda Ochy bersama Voluntrip Kita Bisa. Event ini mempunyai Tema : Merayakan Hidup, Musik dan Menjadi Nusantara. Disini Voluntrip Kita Bisa mentraktir nonton film dokumenter dengan seniman Jalanan di blok M.
Diawali dengan pembukaan kemudian nonton film Dokumenter Koesroyo berdurasi 60 menit. Film ini menceritakan tentang kisah Koesroyo atau yang dikenal dengan sebutan om Yok Koeswoyo, satu-satunya legenda Koesploes yang masih hidup saat ini. Dimulai sejarah hidup Koes bersaudara membuat band musik, konflik di era orde lama ketika mereka dianggap terpengaruh new imperialisme barat dengan gaya musik the Beatles hingga dimasukan penjara dan juga diminta menjadi intelejen untuk politik. Selain itu sisi asmara dan keluarga om Yok Koeswoyo pun dikupas mendalam bagaimana romantisme sebuah lagu dibuat dari berbagai ide di sekelilingnya. Dari Bujangan, Manis dan Sayang, Why Do You Love Me, Jemu hingga Kolam Susu semuanya punya cerita penuh rasa dan makna yang dalam.
Setelah menonton, kami diberikan kertas dan pulpen untuk refleksi diri menulis tentang kaitan film hari ini dengan nilai-nilai berbagi. Apa yang dirasakan dan didapatkan setelah menonton film dan juga menulis surat cinta kepada om Yok Koeswoyo dan Surat Cinta kepada diri sendiri di masa depan. Dilanjutkan diskusi refleksi setelah nonton dengan menghadirkan pembicara dari pihak keluarga yaitu Kak Dimitri cucu dari om Yok, David Tarigan Kolektor dan Pengamat Musik, Fans Koesploes dari Medan dan juga Astri Apriyani (Atre) script writer film Yok Koeswoyo.
Diskusi yang hangat dan interaktif menambah semangat yang hadir. Acara ini ditutup dengan foto bersama dan pengambilan video surat cinta untuk om Yok Koeswoyo dan Surat Cinta kepada diri sendiri. Sebuah pengamalan sinematik berharga yang kami dapat dari pemutaran film dokumenter Koesroyo: The Last Man Standing. Harapannya film ini dapat dinikmati semua kalangan dan menjadi kenangan, inspirasi dan warisan bagi khalayak kini dan nanti. Long live music and sinema ❤️